Makalah: Dakwah Masa Bani Umayyah

sumber gambar: lpihtarakan.wordpress.com
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bani Umayyah adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafa ar-Rasyidin yang memerintah dari 661-M sampai 750-M di Jazirah Arab dan sekitarnya, serta dari 756-M sampai 1031-M di Cordova, Spanyol. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin ‘Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Mu’awiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Mu’awiyah.

Bani Umayyah memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi penguasa yang sudah terpendam sejak dulu. Ambisi ini ada karena Bani Umayyah menganggap keturunan mereka berasal dari golongan bangsawan, terhormat dan mempunyai kekayaan yang melimpah. Namun, kenyataannya Bani Umayyah tidak berhasil, karena Bani Umayyah tidak memperoleh popularitas di lingkungan penduduk Arab, tidak seperti layaknya Bani Hasyim yang berhasil memperoleh popularitas di lingkungan penduduk Arab. Sebagai akibat ambisi yang tidak kesampaian, maka terjadilah persaingan antara Umayyah dengan pamannya Hasyim bin Abd al-Manaf. Kondisi ini justru semakin menyudutkan citra Umayyah di mata masyarakat Arab.

Walau demikian, akhirnya, ambisi untuk menjadi penguasa dari keturunan Bani Umayyah ini tercapai juga oleh keturunan Bani Umayyah yang bernama Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Bani Umayyah berkuasa setelah kepemimpinan Khulafa ar-Rasyidin.

Mengalir dari uraian di atas, maka tinjauan sejarah dalam tulisan makalah ini akan membahas tentang masa kelahiran, khalifah-khalifah yang pernah berkuasa pada Dinasti Umayyah, dan ekspansi-ekspansi yang dilakukan pada masa Dinasti Umayyah. Adapun tata urut dari tulisan ini meliputi pendahuluan, pembahasan dan penutup.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal usul terbentuknya dinasti daulah bani Umayah ?
2. Apa saja sasaran dakwah Bani Umayyah?
3. Apa saja usaha-usaha dakwah daulah bani Umayyah dalam menyebarkan agama islam?
4. Apa saja faktor-faktor keberhasilan dakwah islam pada jaman bani Umayyah?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Berdirinya Dinasti Umayyah

Bani Umayyah adalah salah satu dari keluarga suku Quraisy, keturunan Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf. Bani Umayyah baru masuk islam setelah Nabi Muhammad s.a.w berhasil menalukan kota Makkah (Fathu Makkah). Sepeninggal Rosululloh bani Umayyah sesungguhnya menginginkan jabatan pengganti Rosul(khalifah), tetapi mereka belum berani menampakkan cita-citanya itu pada masa Abu Bakar dan Umar. Baru setelah Umar meninggal yang penggantinya diserahkan kepada hasil musyawarah enam orang sahabat, bani umayyah menyokong pencalonan Usman secara terang-terangan, hingga akhirnya Usman terpilih. Sejak saat itu mulailah meletakkan dasar-dasar untuk menegaan khilafah Umayyah. Pada masa pemerintahan Usman inilah Mu’awwiyah mencurahkan segala tenaganya untuk memperkuat dirinya, dan menyiapkan daerah Syam sebagai pusat kekuasaan di kemudian hari.

Hingga suatu saat yang ditunggu Mu’awiyyah pun datang dengan adanya perselisihan antara Ali bin Abi Tholib dengan Mu’awwiyah bin Abu Sufyan akhirnya pecah menjadi perang siffin. Perang tersebut diakhiri dengan peristiwa tahkim yang menyebabkan kubu Ali terbagi menjadi dua, yaitu golongan yang keluar dari Ali disebut golongan khowarij dan golongan yang setia kepada Ali disebut golongan syi’ah. Di luar golongan ini masih ada golongan umat islam yang lain yaitu golongan yang mendukung Mu’awwiyah. Adanya hal-hal semakin memperkeruh kondisi umat islam. Sampai pada akhirnya Ali bin Abi Tholib terbunuh oleh seorang khowarij yang benama Abdur Rohman bin Muljam pada tanggal 17 Romadhon tahun 40 H.

Pada saat itu sebagian masyarakat Islam di Arab, Irak dan Iran memilih dan mengangkat Hasan Ibn ‘Ali. Akan tetapi, Hasan Ibn ‘Ali kemudian memberikan kekuasaannya kepada Muawiyah Ibn Abi Soffan setelah menduduki jabatan selama kurang lebih 3 bulan. Hasan melakukan hal tersebut karena ia menyadari kelemahan dan kekurangannya dalam kepemimpinan. Hasan menganggap Muawiyah lebih cocok untuk memimpin umat Islam.

Pada tahun 661 M / 41 H terjadilah perpindahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi sofyan. Serah terima jabatan itu berlangsung di Kuffah, sebuah kota pelabuhan yang makmur diteluk Persia. Dan kemudian dikenal dalam sejarah Islam dengan “Amul Jama’ah” (tahun persatuan umat islam). Muawiyah menerima kekhalifahan di Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan. Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut Khulafaur Rasyidin, dan dimulailah kekuasan bani umayyah dalam sejarah islam.

Muawiyah menerima kekhalifahan di Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni :
a. Agar Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap seorang pun penduduk Irak
b. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka
c. Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan tiap tahun
d. Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain, 2 juta dirham
e. Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada Bani Abdis Syams.

Sejak peristiwa Amul Jama’ah itu, Mu’awwiyah resmi menjadi khalifah baru umat islam yang berpusat di Damaskus(Suriah). Perbedaan yang mencolok dinasti ini dengan Khulafaur Rasyidin adalah terletak pada pergantian pemimpin yang dilakukan secara turun temurun atau bentuk monarchi heredetis. Ini terletak sebelum Mu’awwiyah meninggal, dia sudah menyiapkan Yazid bin Mu’awwiyah sebagai putra mahkota menggantikan dirinya. Muawwiyah sebagai khalifah pertama dinasti ini dan dialah yang dianggap sebagiai pendiri dari dinasti Umayyah ini.

B. Khalifah-Khalifah pada masa Dinasti Umayyah

Dinasti umayyah memegang kekuasan islam selama 90 tahun dengan pusat pemerintahan di Damaskus (Suriah). Selama kurun waktu tersebut pemerintahan dipegang oleh 14 khalifah. Khalifah-khalifah ini diantaranya adalah:
1. Mua’awwiyah bin Abi Sofyan (661-680M)
2. Yazid bin Mu’awwiyah (680-683M)
3. Mu’awwiyah bin Yazid (683-684M)
4. Marwan Bin Hakam (684-685M)
5. Abdul Malik bin Marwan (685-705M)
6. Al-Walid bin Abdul Malik (705-715M)
7. Sulaiman bin Abdl Malik (715-717M)
8. Umar bin Abdul Aziz (717-720M)
9. Yazid bin Abdul Malik (720-724M)
10.Hisyam bin Abdul Malik (724-743M)
11.Walid bin Yazid (743-744M)
12.Yazid bin Walid (744M)
13.Ibrahim bin Walid (744-745M)
14.Marwan bin Muhammad (745-750M).

Diantara khalifah-khalifah itu terdapat beberapa kholifah terkenal dan memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan kebudayaan islam, diantara para khalifah itu adalah;

a. Muawyah Ibn Abi Sofyan (41-60 H / 661-680 M )

Pada umumnya sejarawan memandang negative terhadap muawiyah keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara di siffin dicapai melalui cara arbitrase yang curang. Lebih dari itu, Muawiyah juga dituduh sebagai penghianat prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan Islam, karena dialah sisten pemerintahan yang dipilih oleh rakyat menjadi kekuasaan raja yang diwariska turun-temurun.

Bila dilihat dari sikap dan prestasi pilitiknya yang menakjubkan sesungguhnya Muawiyah adalah seorang pribadi dan pemimpin besar yang berbakat. Didalam dirinya terkumpul sifat-sifat seorang penguasa yang politikus dan pengalaman politik telah memperkaya dirinya dengan kebijakan kebijakan dalam pemerintahan.

Dalam mengendalikan pemerintahan, Mu’awiyyah di dukung oleh beberapa pembatu utama dalam mengatasi berbagai kesultanan, diantaranya Amr bin As (Gubernur Mesir); Mugirah bin Syu’bah (Gubernur Kuffah) kota barat sungai Eurafat (Irak); Ziyad bin Abihi (Gubernur Persia); Ubaidillah bin Ziyad (Gubernur di Basra) hingga wafatnya Muawiyyah tahun 680.

Diantara usaha yang dilakukan Muawiyah sehingga membawa namanya menjagi terkenal selain mendirikan Bani umayyah, adalah perluasan wilayah dan berusaha menaklukan beberapa daerah kekuasaan Byzantium dan Persia. Muawiyah mengutus Uqbah Ibn Nafi untuk menakluklukan Tunisia tahun 670 M. panglima Uqbah Ibn Nafi kemudian mendirikan sebuah kota, yaitu kora Qairun. Disebelah timur, Muawiyah dapat menaklukan Khurasan sampai kesungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan Lautnya terus mengadakan serangan ke Ibu kota Byzantiun, Konstantinopel.

Kemudian diantara jasa-jasa Muawiyah adalah mengadakan “Dinas Pos Kilat” dengan menggunakan kuda-kuda yang selalu siap di tiap pos gunanya untuk memperlancar administrasi pusat dan daerah. Dalam bidang ekonomi Muawiyah juga mendirikan “Kantor Cap” (percetakan mata uang). Di bidang hukum beliau membentuk profesi Qodli yang bertugas untuk memutuskan hukum dan problema yang muncul ditengah masyarakat muslim.

b. Abdul Malik Ibn Marwan (65-86 H / 683-705 M)

Khalifah Abduk Malik adalah orang kedua terbesar dalam deretan para khalifah Bani Umayyah. Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama dibidang Fiqih. Khalifah Abdul Malik memerintah paling lama yakni 21 tahun. Khalifah Abdul Maluk Ibn Marwan menciptaan keamanan disemua wilayah Islam. Setelah keamanan menjadi stabil, maka ia berusaha melaksanakan pembangunan demi terciptanya kesejahteraan masyarakat. 

Hasil uasahanya dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat antara lain:
a. Membentuk Mahkamah Agung
b. Penggantian bahasa resmi ( menggunakan Bahasa arab )
c. Penggantian mata uang ( mencetak mata uang dengan nama Dirham, Dinar dan Fals)
d. Mendirikan kas Negara di Damaskus
e. Pembangunan pos dan peningkatan pelayanan pos dan komunikasi
f. Mendirikan bangunan-bangunan seperti pembangunan pabrik-pabrik senjata dan pabrik kapal perang yang didirikan di Tunisia
g. Membangun masdji Umar (Qubah Al-Sakharah) di Yarussalem
h. Memperluas masjid Haram di Makkah
i. Penyempurnaan tulisan Mushaf Al-Qur’an dengan titik pada huruf-huruf tertentu dan memperbaharui Qawaid

Abdul Malik sebagai penerus dari Muawiyyah. Dia berhasil menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarijzm, Ferhana dan Samarkandi. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Baukhistan, Sina dan Punjab sampai ke Malta.

c. Walid Ibn Abdul malik ( 89-96 H / 705-715 M)

Khalifah Walid ibn Abdul Malik ini memerintah kurang lebih 10 tahun. Pada masa pemerintahannya, kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah. Pada masa Walid Ibn bdul Malik terkenal dengan Negara yang damai dan rakyat memperoleh jaminan keamanan. Wilayah Islam pada masa ini paling luas yaitu dari Indus di India sampai ke Andalusia di Spanyol. Wilayah kekuasannya meluas ke wilayah Timur sampai didaerah anak Benua India dan perbatasan Cina. Sementara dibagian Utara meliputi Aleppo, Asia kecil, Cesnia, dan Armenia sampai Timur Laut. Dan dibagian barat, Islam menguasai seluruh Afrika Utara sampai Semenanjung Iberia, serta kepulauan di Laut Lengah.

Disamping itu juga banyak kemajuan dalam bidang kebudayaan dan sosial. Diantara usaha yang menyangkut bidang sosial dan kebudayaan antara lain :
a. Mendirikan Rumah Ssakit
b. Orang buta, lumpuh, gila, lansia, dan wanita yang ditinggal mati suaminya dimedan perang dapat jaminan hidup secara gratis dari Negara
c. Khalifah juga pencinta seni dan sastra serta puisi, dan untuk mengkaji Al-Qur’an dan Hadits dibangun pusat-pusat kajian Islam
d. Membangun masjid, diantaranya masjid Al-Haram
e. Membangun “Hujrah” makam Nabi Muhammad saw
f. Khalifah ini dinilai sebagai khalifah yang merakyat, sehingga banyak madrasah dan sekolah kedokteran dibangunnya.

d. Umar Ibn Abdul Aziz (99-101H / 717-720 M)

Khalifah ini terkenal dengan keadilannya dalam menjalankan pemerintahan. Ia mempunyai pribadi seperti Umar Ibn Khatab. Diantara sifat-sifat terpuji umar Ibn Abdul Aziz yakni sopan, adil, sederhana, bertakwa kepada Allah swt, sangat cinta kepada rakyatnya, lebih mementingkan urusan agama dari pada politik, lebih mementingkan persatuan umat islam dari pada golongan, penyiaran islam dengan cara damai dan berbuat adil terhadap semua pihak.

Usahanya dalam proses penyebaran islam dilakukan dengan mengirim para Mubaligh ke India, Turki, dan Barbar di Afrika Utara dan menyetop usaha pengepungan Konstaninopel dan para Tentara diperintahkan untuk kembali ke markas masing-masing. Disamping itu, ia juga mengirim selembaran tentang islam dan ilmu pengetahuan kepada para Gubernur. Dan yang lebih penting usahanya dalan system pemerintahan ialah mengembalikan semua system kepada ajaran islam dan sebelum menjadi pemimpin ia pernah menawarkan kepada rakyat untuk menentukan siapa yang berhak menjadi pemimpin.

Terhadap pihak yang menentang Bani Umayyah, seperti golongan Khawarij dan syi’ah, Umar bersikap lunak. Mereka tidak diperangi, tetapi diajak berdikusi dan membina saling pengertian ia melancarkan dakwah Islam dengan cara bijaksana dan persuatif hingga penduduk yang belum beragama Islam masuk ke Islam, juga melindungi penduduk Mesir,

e. Hisyam Ibn Abdul malik ( 105-125 H / 724-743 M)

Diantara usaha-usaha ynag dilakukan Hisyam yakni membangun pabrik senjata, mendirikan perusahaan kain sutera yang halus, menggali beberapa terusan untuk kepentingan irigasi dan membangun pacuan kuda.

Saat menjadi khalifah, Hasyim menghadapi banyak masalah dalam negeri yang menyita perhatiannya. Bahkan di zaman ini muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah, kekuatan itu berasal dari Bani Hasyim yang di dukung oleh golongan Mawali. Kemelut politik di Irak, khususnya Khurasan, mendorongnya berkali-kali mengganti Gubernur di daerah ini. Sungguhpun demikian, Khurasan tidak juga tenang dari kerusuhan. Sentimen kesukuan Arab Utara dan Selatan adalah penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah.

Walaupun sebenarnya Hasyim ibn Malik adalah seorang Khalifah yang kuat dan terampil. Akhirnya pada tahun 750 M, daulah Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn al-Muthalib. Dan gerakan ini didukung penuh oleh Bani Hasyim dan golongan Syi’ah serta kaum Mawali.


C. Usaha Dakwah Yang Dilakukan Oleh Daulah Bani Umayyah Dalam Bentuk Ekspansi Wilayah Kekuasaan

Kejayaan dinasti Umayyah ditandai dengan capaian ekspansinya yang sangat luas. Langkah ekspansi ini menunjukkan stabilitas politi Umayyah yang cukup mapan. Ekspansi masa dinasti Umayyah ini merupakan kelanjutan dan perluasan dari apa saja yang telah dicapai pada masa khulafaur Rasydin. Pada masa itu sempat berhenti disebabkan konflik dan kekacauan di kalangan umat Islam.

1. Perluasan ke Wilayah Barat

Begitu Mu’awwiyah berhasil menduduki jabatan sebagai khalifah umat islam, ia langsung membuat langkah-langkah strategis untuk mengembangkan kekuasaannya. Mu’awwiyah berusaha mematahan imperium Bizantium, dengan merebut kota Konstantinopel. Mu’awwiyah membayangkan dengan jatuhnya kota Konstantinopel akan menyebabkan jatuhnya imperium Bizantium.

Untuk kepentingan ini, Mu’awwiyah mempersiapkan armadanya yang telah dilengkapi dengan persenjataan lengkap, bahkan armada Mu’awwiyah jauh lebih besar dari armada Bizantium yang bermarkas di antai Licya. Maka mulailah bertolak armada Mu’awwiyah, setiap pulau yang dilewati di laut tengah berhasil ditaklukkan satu persatu seperti pulau Rhodes, pulau Kreta. Dan juga diserangnya pulau-pulai Sisilia dan pulau-pulau Arwad. Ini adalah pulau yang terdapat di sebelah barat laut Marmora. Kemudian Mu’awwiyah terus bertolak untuk mengepung kota Konstantinopel. Ketika itu tentara muslimin oleh Yazid bin Mu’awwiyah dan didampingi oleh Abu Ayyub al-Anshar, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Umar dan Banu Abbas.

Meskipun penyerangan terus dilancarkan oleh pasukan Islam, tampaknya saat itu pasukan Bizantium amat tangguh dan juga didukung oleh medan yang sudah dikenalnya serta dekat dengan ibu kota. Dibandingkan dengan tentara islam yang jauh dari basis mereka.walaupun orang islam telah membangun pangkalan di laut Marmora tetapi masih belum bisa menembus benteng Istambul. Sekitar tahun 677M, Mu’awwiyah memutuskan untuk menghentikan serangan dan berdamai dengan Bizantium setelah pasukan islam mengalami beberapa kekalahan.

Pada masa kekhalifahan Sulaiman bin Abdul Malik yang saat itu merasa kekuatan islam sudah cukup kuat untuk merebut Konstantinopel kembali, maka dengan jumlah armada dan tentara yang lebih besar lebih kurang 80.000 orang dan 1800 kapal mengepung ibu kota musuh selama setahun penuh(Agustus 717-718) tetapi sekali lagi pasukan islam harus mengakui bahwa kota tersebut terlalu kuat bagi para penyerang, sehingga pemerintahan pusat memerintahkan menarik mundur ekspedisinya ini, dan mengarahkan ke wilayah lain.

2. Penaklukan di Afrika Utara

Wilayah-wilayah disekitar pantai Afrika Utara umumnya berada dalam kekuasaan Romawi, dan diperintah oleh satuan-satuan tentara Romawi. Sedangkan daerah gurun sahara dan daerah pertanian yang memanjang sampai pantai Atlantik dibarat dan sampai kenegara Sudan di selatan merupakan negeri-negeri merdeka, dikuasai oleh raja-raja barbar. Bangsa Romawi dan bangsa Eropa belum sanggup mengalahkan suku barbar ini, pola hidup mereka masih nomaden.

Sebelum pada zaman Usman orang-orang Arab telah mencapai Barqah dan Tripoli di Libya, kemudian Mu’awwiyah bertekad merebut kekuasaan dari Romawi di Afrika utara. Tugas ini dipercayakan pada Uqbah bin Nafi yang sebelumnya juga sudah ditempatkan di Barqah semenjak daerah tersebut ditaklukkan. Dengan dukungan orang Barbar dia mengalahkan tentara Bizantium di Ifriyah(Tunisia). Pada tahun 670M Uqbah mendirikan kota Qairawan sebagai kota islam dan markas bala tentara.

Pada tahun 681M Uqbah bin Nafi memimpin ekspansi besar-besaran ke barat sampai mencapai Atlantik. Tetapi dalam perjalanan pulang dia diserang dan dibunuh oleh kepala suku Barbar Kusaylah dan Kahira. Dengan tewasnya Uqbah bin Nafi dan kalahnya satuan-satuan mereka, maka untuk kedua kalinya kekuasaan kembali ke tangan Bizantium di daerah pantai dan ke tangan Kusylah di daerah pedalaman. Pasukan-pasukan muslimin mengundurkan diri dari Qairawan ke Barqah. Kemudian Abd al-Aziz bin Marwan gubernur di Mesir berusaha mengembalikan kekuasaan muslimin dengan mengirimkan satuan-satuan, tetapi satuan-satuan tersebut kalah.

Ketika jabatan khalifah dipegang oleh Abdul Malik, bani Umayyah mulai bangkit kembali. Abdul malik mengirimkan satuan yang besar duu bawah pimpinan Hasan bin Mu’man Al-Ghasani(689M) berhasil mengusur Romawi dari Afrika Utara. Begitu juga dengan suku Barbar berhasil dipatahkan kekuatannya.

Dalam periode selanjutnya, di awal pemerintahan Al-Walid,Musa bin Nushair ditunjuk menjadi gubernur Ifriqiyah. Dia berhasil melenyapkan sisa-sisa kekuatan yang tadinya masih dimiliki oleh suku-suku Barbar. Maka antara tahun 705-708M Musa bin Nushair mencapai Atlantik dengan kekuatan besar. dia juga menaklukkan Thanjah(Tanqiera) dan kota Septah(Ceuta) yang terletak dipantai Afrika paling utara yang sebelumnya takluk kepada raja-raja Ghot. Dengan demikian kaum muslimin mendapat kemenangan dan stabilitas di kawasan ini.

3. Ekspansi ke Spanyol

Wilayah Spanyol atau yang orang Arab menyebutnya dengan Andalusia merupakan semenanjung yang merupakan pintu gerbang untuk memasuki laut tengah. Setelah berjaya di Afrika Utara, tentara islam ingin melanjutkan ekspansi ke daratan Eropa. Spanyol pada saat itu dikuasai oleh otokrasi keci Visigoth di bawah raja Roderick.

Bulan juli 710M sebanyak 400 orang melakukan pengintaian yang mendapati bahwa laporan-laporan mengenai banyaknya jarahan dan lemahnya pertahanan. Karena itu tahun berikutnya, seorang Barbar pembantu Musa bin Nushai bernama Tariq bin Ziad (yang namanya dipakai untuk Gilbraltar-Jabal Tariq,gunung Tariq) menyeberangi selat dengan 7000 orang, kebanyakan orang Barbar. Sementara raja Roderick sedang berada di bagian utara, orang-orang islam berhasil memantapkan kedudukan mereka di Algeciras. Ketika Roderick akhirnya bergerak ke selatan untuk menghadapi orang-orang islam, yang sekarang diperkuat dengan tambahan 5000 orang lagi, dia dikalahkan.

Seluruh Spanyol sekarang terbuka bagi orang-orang islam. Sisa orang-orang Visigoth tercerai berai. Di sana sini kepala beberapa daerah melakukan perlawanan, tetapi sebagian besar bisa dikalahkan dalam waktu singkat.

Dengan kemenangan itu kemudian Tariq terus menaklukkan kota demi kota dan mengembangkan kekuasaan di Spanyol. Dia berhasil menaklukkan kota Cordova, Granada, dan Toledo(Tolado dimasa itu adalah ibukota kerajaan Ghot). Setelah itu Musa bin Nushai juga bertolak ke Spanyol untuk bahu membahu dengan Tariq menaklukkan kota-kota Spanyol, dia berhasil merebut kota Karma, Musa melanjutkan perjalanan ke kota Toledo dia sehingga bertemu dengan Tariq.

Kemudian pasukan Musa dan Tariq melanjutkan perjalanan ke utara dan berhasil menaklukkan kota Barcelona dan Saragosa. Daerah-daerah Aragon dan Castilla pun bertekuk lutut pada mereka. Pasukan islam terus menuju ke timur laut sampai ke gunung Pyrenia. Namun tentara islam tidak tuntas menaklukkan pegunungan yang terletak di laut Calicia. Yang merupakan tempat pelarian dan pesembunyian bangsa Ghotic dari serangan tentara islam.

4. Perluasan ke wilayah Timur

Penaklukan ke wilayah timur juga mendapat hasil yang cukup gemilang. Dian tara penaklukan ke wilayah timur ini adalah ke daerah Sind. Yang dimaksud denagn daerah Sind adalah negri yang melingkari sungan Sind(Indus) membentang dari Iran sampai pegunungan Himalaya. Negeri Sind ini sebagian besar termasuk negara Pakistan.wakil gubernur Basrah, Muhammad bin Qasim, berangkat melalui persia selatan dan Bulukhistan, mencapai Sind (711M) dan Punjab selatan (713M).
Untuk mencapai negeri Sind ini bukanlah mudah, banyak rintangan dan pertempuran di setiap daerah yang dilalui. Yang terakhir yaitu pertempuran dengan raja Sind(Dahar). Dalam pertempuran, Dahar melarikan diri sehingga pasukan kucar-kacir dan banyak yang ditawan oleh pasukan muslim. Dengan hancurnya pasukan Dahar maka terbentanglah jalan Muhammad bin Qasim dan pasukannya menguasai seluruh Sind sehingga sampai ke Kasymir. Di antara faktor penting kaum muslimin mencapai kemenangan, dengan cepat di Sind adalah karena mendapatkan bantuan dari suku Med dan Zeth.

D. Faktor Keberhasilan Dakwah Islam Daulah Umayyah

Wilayah kekuasaan Bani umayah semakin meluas sehingga membawa kepada perluasan wilayah dakwah islam. Dukungan Khalifah dengan jalan membuka pusat dakwah diberbagai wilayah kekuasaan bahkan penyebaran dakwah islam ke luar wilayah kekuasaan Bani Umayah seperti cina , sind dan lain – lain. Faktor politik yang dapat di jadika alat pendukung dakwah. Gerakan Arabisme , baik berkaitan dengan bahasa ataupu Budaya arab Perhatian besar Khalifah umayah terhadap kegiatan ilmu-ilmu islam dengan di bentuknya pusat-pusat kegiatan ilmu dan dakwah Islam.

BAB III
KESIMPULAN

Dinasti Bani Umayyah merupakan masa kekerajaan, dimana pada waktu itu merupakan masa pemerintahan kerajaan pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin. Sistem pemerintahan dilakukan secara monarki herdetis atau pergantian pemimpin dilakukan secara turun temurun.

Dinasti Umayyah berkuasa hampir satu Abad, tepatnya selama 90 tahun (661-750 M / 41-132 H). dan selama pemerintahan Bani Umayyah telah berkuasa sebanyak 14 Khalifah.

Lalu setelah itu Bani Umayyah juga turut menguasai daerah Spanyol, dapat kami simpulkan aktifitas dakwah pada masa Bani Umayyah ini awalnya fokus kepada perluasan daerah

Daftar Pustaka

Ahmad jamii, sejarah kebudayaan islam MAN.Gresik:Putra kembar jaya.2008
Fu’adi imam, sejarah peradaban islam, Yogyakarta: Teras.2011
Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam. Malang:UIN-Malang Press 2008
W.Montgomery Watt.Kejayaan Islam, Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya.1990
aagun74alqabas.wordpress.com/.../perkembangan-dan-keruntuhandinasti umayyah
Namestic.wordpress.com/fiqh-ibadah/sejarah-dakwah

Komentar

Posting Komentar